Pada forum Ekonomi Dunia 2016 diumumkan kepada dunia bahwa terjadi fenomena global Industry
4.0, dan dunia berada di
tengah-tengah Revolusi Industri keempat. Revolusi ini secara mendalam mengubah
cara kita hidup, bekerja, mengajar dan belajar. Ruang lingkup, jangkauan dan
dampak revolusi ini akan menjadi proporsi yang sampai saat ini tidak terduga,
dan dunia pendidikan akan berdampak sampai pada akarnya.
Bagan di bawah ini memberikan
gambaran tentang empat revolusi industri besar yang telah terbentuk 300 tahun
terakhir perjalanan umat manusia. Evolusi Pendidikan di Indonesia
Berbicara mengenai sejarah pendidikan di Indonesia, maka kita juga berbicara mengenaijaman. Pendidikan akan terus mengalami perubahan sejalan dengan berkembangnyajaman. Sebelum masa penjajahan, proses pendidikan sudah ada sejak masuknyaberbagai agama seperti Hindu, Budha dan Islam. Namun masih berorientasi padaproses penyebaran agamanya masing – masing.Sampai jatuhnya
kerajaan Hindu terakhir di Indonesia yaitu Majapahit pada abad ke-5, ilmu
pengetahuan pun semakin berkembang, khususnya dalam bidang sastra, bahasa, ilmu
pemerintahan, tata Negara dan hukum. Kerajaan – kerajaan Hindu pun akhirnya
mencetak empu – empu yag menghasilkan karya – karya yang bermutu tinggi salah
satunya yang terkenal yaitu “Sotasoma” karya empu Tantular.Namun pada abad
terakhir menjelang jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, proses penyelenggaraan
pendidikan pun tidak sebesar sebelumnya. Mereka hanya menyelenggarakan
pendidikan di padepokan.Pada masa
peradaban Islam, mulanya proses pendidikannya dilakukan oleh para Gujarat di
kerajaan – kerajaan pesisir. Karena kerajaan pesisir lah yang mengalami banyak
interkasi dengan bangsa asing dibanding dengan kerajaan pusat yang berada di
pedalaman. Pada waktu itu Islam disambut dengan baik oleh kerajaan pesisir dan
mereka segera memisahkan diri dari ajaran kerajaan pusat. Setelah itu Islam
langsung berkembang pesat di Indonesia. System pendidikan dan pengajaran pada
masa peradaban Islam ada 3 yaitu pendidikan di langgar, pesantren dan madrasah
yang masing – masing memiliki ciri tertentu. Sampai sekarang pun model
pendidikan peradaban Islam masih tetap bertahan.Pada masa
penjajahan bangsa Portugis, setelah berhasil menduduki beberapa daerah
Indonesia bagian timur, mulailah merekamenjadikan penduduk setempat menganut
ajaran yang mereka bawa yaitu Roma Katholik. Dan segera memberikan pendidikan
kepada masyarakat untuk memperdalam agama tersebut oleh Fransiscus Xavierus.
Dan kemudian pada tahun 1536, mereka mendirikan sekolah untuk anak – anak dari
pemuka Bumiputera. Pelajaran yang disampaikan adalah agama, membaca, menulis
dan berhitung. Setelah
menaklukkan portugis, VOC mengambil alih seluruh gereja dan mengusir seluruh
padri – padri dan menjadikan gereja tersebut sebagai tempat pengajaran dan
pendidikan agama nasrani (Kristen - Protestan). Dan memperluas jangkauan
pendidikannya dengan mengambil alih lembaga – lembaga pendidikan bekas Portugis
dan menambahkan sekolah – sekolah baru. Sama halnya dengan bangsa Portugis, VOC
mendirikan sekolah – sekolah untuk menyebarluaskan agama mereka yaitu
Kristen-Protestan.VOC terus
meluaskan daerah kekuasaanya sampai pada akhirnya mereka banyak mendirikan jenis
– jenis persekolahan yang juga mempunyai tujuan tertentu. Seperti Pendidikan
Dasar, Sekolah Latin, Seminarium Theologicum, Akademi Pelayaran dan Sekolah
Cina. Kurikulum – kurikulumnya pun beragam.Pada masa ini mungkin Indonesia pada
era 1.0.Pada akhir abad
ke-18 dan menjelang abad ke-19, VOC mengalami kemunduran sehingga tidak dapat
berfungsi lagi sebagai lembaga yang mengatur pemerintahan dan masyarakat daerah
Hindia – Belanda. Pemerintahan tersebut dilakukan secara tidak langsung oleh
pemerinah Belanda kepada kaum Bumiputera guna mempertahankan status quo. Pada
masa ini pendidikan tidak didasari lagi atas agama tertentu karena telah
masuknya pola pemikiran Eropa sehingga mempengaruhi kebijakan – kebijakan pada
umumnya.Pemikiran
tersebut dinamakan “Aufklarung” (Fajar atau Terang). Aliran tersebut dicetuskan
pada abad ke-17 yang di bawa oleh salah satu tokoh berpengaruh yaitu J. J.
Rousseau. Rousseaumenganjurkan agar peserta didik diberikan kebebasan untuk
memilih agamanya sendiri. Dengan kata lain aliran ini menjunjung tinggi
toleransi beragama. Sehingga dimulai pada saat ini gereja tidak lagi memiliki
peranan dalam pendidikan. Disinilah asal mulanya pemerintah atau negara yang
memegang kendali pendidikan sehingga muncul sekolah – sekolah negeri.Seiring dengan
pemikiran tersebut, pemerintah Hindia – Belanda sangat disayangkan masih hanya
membuka sekolah – sekolah untuk anak – anak dari kaum terpandang atau bangsawan
saja. Pembatasan sekolah berdasarkan status social ini dirasakan sampai tahun
1912. Tidak heran jika pada saat itu mereka yang sadar bahwa pendidikan dapat
memperoleh status social yang baik dan memperbaiki kehidupan, mendirikan
sekolah – sekolah swasta yang berorientasi Barat.Pada masa ini pendidikan
Indonesia pada kategori 2.0.Pada saat
Inggris mengambil alih pemerintahan Hindia – Belanda, pendidikan tidak mendapat
perhatian, tetapi pemerintahan yang dipimpin Raffles itu lebih memusatkan
perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan yang pada akhirnya bidang tersebut
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Raffles banyak mendukung kegiatan –
kegiatan yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan sehingga pada
pemerintahannya, Raffles mendapatkan lebih banyak pengetahuan mengenai pulau
Jawa dibanding dengan VOC.Pemerintahan
Inggris pun jatuh kembali ke tangan pemerintahan colonial Belanda tepatnya pada
tahun 1816.Pada masa itu, belum ada sama sekali sekolah negeri. Setahun
kemudian Belanda pun mendirikan kembali sekolah – sekolah yang dikhususkan
untuk bangsa Eropa dan Bumiputera. Namun sekolah – sekolah yang dikhususkan
untuk Bumiputera bertujuan demi kepentingan politik dan ekonomi bangsa Belanda.
Karena mereka berpikir bahwa tanpa bantuan dari Bumiputera, administrasi
pemerintahan maupun pekerja bawahan dan pembangunan ekonomi tidak akan
berhasil.Pada permulaan
abad ke-20, di seluruh permukaan bumi terdapat perkembangan dan pembaharuan
khususnya di bidang politik, ekonomi dan idiil, demikian juga di Indonesia.
Perusahaan – perusahaan di Eropa sedang mengalami perkembangan yang pesat
sehingga mereka membutuhkan tenaga pekerja yang terdidik dan ahli. Pada masa
ini Van Deventer tidak hanya membuka sekolah untuk kaum Bumiputera melainkan
juga membuka sekolah untuk golongan bawah berupa sekolah – sekolah desa. Dibalik
semua itu, tujuan dari pendidikan tersebut adalah untuk memenuhi tenaga buruh
guna memenuhi kepentingan modal Belanda.Selain menjadi
buruh, ada juga yang diangkat menjadi pekerja – pekerja kelas dua yang ahli di
bidangnya masing – masing seperti pertanian, teknik, administrasi dan lain –
lainnya. Singkatnya, tujuan pendidikan ini adalah memperoleh tenaga kerja yang
murah dan meraup keuntungan atau modal yang sangat besar untuk Belanda. Seluruh
system tersebut tergantung pada pola penggolongan karena pemerintahan Hindia –
Belanda masih berusaha mempertahankan system kolonialnya melalui aristokrasi.
Secara umum setiap golongan memiliki jalur pendidikannya masing – masing dari
sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi Perkembangan
pendidikan dasar berkembang terus sampai tahun 1930 dan kemudian terhenti
karena krisis dunia (Malaise), tidak terkecuali Hindia – Belanda. Hal ini
menyebabkan banyak sekolah – sekolah desa ditutup, dan juga dikarenakan
penduduk desa kesulitan mendapatkan uang untuk menyekolahkan anaknya. Pada masa
ini jumlah sekolah – sekolah lainnya juga mengalami penurunan. Walaupun
demikian jumlah murid tidak turun, melainkan tetap naik. Akibatnya adalah
banyak sekolah yang sebetulnya tidak memenuhi syarat sebagai tempat menuntut
ilmu.Pada tahun 1940,
Jepang dalam rangka mencapai “Kemakmuran Bersama Asia Raya” mengajak bangsa –
bangsa Asia termasuk Indonesia untuk bekerja sama dalam perkembangan ekonomi
dan industry, sebagai pusatnya Jepang itu sendiri. Karena dianggap suatu
keharusan maka rencana tersebut oleh kalangan militer diterima dan disambut
dengan hangat karena menjanjikan prestise – prestise kepahlawanan dan
pengabdian. Disamping semua itu bangsa Indonesia malah bertambah miskin dan
menderita demi untuk kepentingan perang Jepang.Karena Indonesia
sebagai pusat bahan mentah, maka pendidikan yang diberikan oleh bangsa Jepang
lebih ke bidang kemiliteran. Karena memenangkan perang merupakan tujuan
utamanya. Namun hasilnya sangat luar biasa bagi bangsa Indonesia di kemudian
hari, yaitu penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan bahasa
jepang sebagai bahasa kedua. Penggunaan bahasa belanda sangat dilarang pada
masa itu. Secara nyata tujuan pendidikan pada jaman Jepang adalah mencptakan
tenaga – tenaga pekerja cuma – cuma (Romusha) dan tentara – tentara untuk
membantu Jepang dalam peperangan. Oleh karena itu banyak pelajar Indonesia yang
diharuskan mengikuti pelatihan fisik, kemiliteran dan indoktrinasi ketat.Sejak jaman ini
system penggolongan dihapuskan, sehingga semua golongan mampu memperoleh
pendidikan yang sama. Pada masa ini pula sekolah rakyat berubah nama menjadi
sekolah dasar yang lama pendidikannya selama enam tahun. Sekolah menengah dan
kejuruan selama 3 tahun, dan hampir seluruh pendidikan tinggi ditutup, tetapi
yang masih ada ialah Sekolah Tinggi Kodekteran di Jakarta (sekarang FKUI di
Salemba) dan Sekolah Tinggi Teknik di Bandung (sekarang ITB). Dan Jepang
membuka lagi Sekolah Tinggi Pemongpraja di Jakarta dan Sekolah Kedokteran Hewan
di Bogor.Sistem
persekolahan pada jaman Jepang tidak berbeda jauh dengan system persekolahan
setelah kemerdekaan. Yang berbeda hanya nama sekolah, sedang jenis sekolah
kejuruan apalagi perguruan tinggi yang sangat terbatas. Kesempatan belajar pun
terbuka lebar bagi siapa saja dengan kata lain semua mendapat kesempatan yang
sama.Keadaan
pendidikan dan pengajaran pada jaman Jepang mengalami banyak penurunan yang
drastis baik dari segi jumlah sekolah, murid dan guru. Dalam bidang pendidikan
pada jaman Jepang memperlihatkan kemuduran yang menyolok. Walaupun terjadi
banyak kemunduran, banyak keuntungan – keuntungan yang didapat bangsa
Indonesia.Walaupun
kemerdekaan pun telah diproklamasikan, namun masih ada beberapa daerah yang
masih dikuasai oleh tentara sekutu. Oleh tentara sekutu bagian – bagian lain
diserahkan kepada tentara Inggris. Namun hal tersebut mendapat perlawanan
dahsyat bangsa Indoenesia yang menimbulkan banyak pertumpahan darah dari kedua
belah pihak. Merasa tidak ingin terlibat lebih jauh, akhirnya digantikan oleh
Belanda dan segera mendaratkan pasukannya di seluruh Indonesia.Dalam usaha
memperoleh kembali Indonesia secara utuh, bangsa Indonesia telah banyak
mengadakan perjanjian oleh pihak Belanda diantaranya Linggarjati (November
1946), Renville (Januari 1948) dan KMB (November 1949). Setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia, maka perubahan tidak hanya terjadi di pemerintahan saja
namun juga dalam bidang pendidikan. Pendidikan disesuaikan dengan dasar
dan cita – cita dari Bangsa dan Negara Merdeka. Oleh karena itu UUD 1945 dan pancasila
lah yang dijadikan landasan idiil pendidikan Indonesia. Walaupun UUD
mengalami banyak perubahan namun dasar negara kita tetap sama. Maka Pancasila
tetap menjadi landasan idiil pendidikan Indonesia. Tujuan pendidikan pada masa
ini lebih menekankan penanaman semangat patriotism agar menjadi warga Negara
yang sejati yang menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk Negara dan bangsa.Hal tersebut
dilakukan sesuai dengan kondisi yang dialami bangsa Indonesia pada masa itu,
Negara dan bangsa sedang mengalami perjuangan fisik dan sewaktu – waktu bangsa
Belanda masih akan berusaha menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu dirasa
sangat penting penanaman semangat patriotisme agar kemerdekaan Indonesia dapat
dipertahankan dan diisi.Dan pada bulan
Desember 1949, UUD 1945, diganti dengan Konstitusi Sementara Republik Indonesia
Serikat. Landasaan idiil pendidikan Indonesia tidak berubah namun tujuannya
berubah. Sebagai warga Negara yang sudah merdeka dan menganut system demokrasi
maka tujuan pendidikannya pun harus menghasilkan warga Negara yang demokratis
pula. System persekolahannya tidak jauh berbeda dengan masa penjajahan Jepang,
yaitu pendidikan dasar (6 tahun), pendidikan menengah (masing – masing 3
tahun), dan pendidikan tinggi. Semuanya dibuka untuk umum tidak ada lagi
berdasarkan penggolongan – penggolongan tertentu.Karena semua
sekolah dibuka lebar – lebar untuk semua lapisan masyarakat maka minat akan
memperoleh pendidikan pun semakin tajam sehingga memaksa pemerintah untuk
melakukan usaha usaha yang mengharuskan pemerintah untuk menampung hasrat dan
keinginan belajar mereka. Diantaranya menambah jumlah sekolah rakyat, menambah
durasi pendidikan sekolah rakyat menjadi 6 tahun dan menambah mutu dan tingkat
pendidikan.Bukan hanya
itu, hal tersebut juga mengharuskan pemerintah untuk memperbaiki segala
fasilitas sekolah, menambah tenaga pengajar dan mengubah kurikulum yang semula
demi kepentingan colonial manjadi selaras dengan kebutuhan bangsa yang merdeka.
Perubahan – perubahan tersebut sudah tentu memerlukan biaya. Seberapa besar
biaya yag dikeluarkan sangat sulit diperoleh, mengingat periode ini merupakan
periode fisik dalam mempertahankan kemerdekaan.Kurikulum mengalami beberapa perubahan mulai
dari kurikulum 1968,kurikulum 1975,kurikulum 1984, kurikulum 1994,dan terakhir
kurikulum 2013.Pendidikan pada masa ini mungkin masuk pada era 3.0.Bagaimana
pendidikan di Indonesia dengan era revolusi industry 4.0? Sudahkah para pakar
pendidikan Indonesia siap menghadapi perubahan?
(Disarikan dari berbagai sumber)
(Disarikan dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar